Langsung ke konten utama

Mulakhkhos

 

Fi’il Mu’rab

(Hlm. 138-146)

Fi’il murab adalah fi’il mudhari’ yang tidak bertemu dengan nun niswah atau nun taukid secara langsung.

Fi’il mudhari’ mu’rab terbagi menjadi: Marfu’ – Manshub – Majzum.

1. Fi’il Mudhari’ Marfu’
  1. Fi’il mudhari’ menjadi marfu’ apabila tidak didahului oleh huruf penashab atau huruf penjazem.
  2. Tanda marfu’nya fi’il mudhari’ adalah:

a. Dhammah : Contoh:

أَنَا أَكْتُبُ – نَحْنُ نَكْتُبُ – أَنْتَ تَكْتُبُ – هُوَ يَكْتُبُ – هِيَ تَكْتُبُ

b. Dhammah digantikan oleh tetapnya nun (tsubutun nun) apabila fi’il dari af’al khamsahAf’al khamsah adalah: Setiap fi’il mudhari’ yang bersambung dengan alif itsnain, wawu jama’ah atau ya’ mukhathabah (يَفْعَلَانِ – تَفْعَلَانِ – يَغْعَلُونَ – تَفْعَلُونَ – تَفْعَلِينَ )

Contoh:

أَنتُمَا تَكْتُبَانِ – هُمَا يَكْتُبَانِ – أَنتُم تَكْتُبُونَ – هُمْ يَكْتُبُونَ – أَنْتِ تَكْتُبِينَ

 

Catatan

Apabila fi’il mudhari’ huruf terakhirnya alif, wawu atau ya’, maka fi’il tersebut difathahkan dengan fathah muqaddarah (tersirat) pada akhirnya.

Contoh:

يَسْعَى

Fi’il mu’tal akhir dengan alif, marfu’ dengan dhammah muqaddarah atas alif.

يَسْمُو

Fi’il mu’tal akhir dengan wawu, marfu’ dengan dhammah muqaddarah atas wawu.

يَرْمِي

Fi’il mu’tal akhir dengan ya’, marfu’ dengan dhammah muqaddarah atas ya’.

2. Fi’il Mudhari’ Manshub
  1. Fi’il mudhari’ dimanshubkan apabila didahului oleh salah satu huruf penashab.
  2. Tanda nashabnya fi’il adalah:

a. Fathah : Contoh:

لَنْ أَكْتُبَ – لَنْ تَكْتُبَ – لَنْ نَكْتُبَ – لَنْ يَكْتُبَ

b. Fathah diganti oleh dihapusnya nun (hadzfun nun) apabila fi’il termasuk af’aal khamsah.

Contoh:

لَنْ تَكْتُبَا – لَنْ يَكْتُبَا –لَنْ تَكْتُبُوا  – لَنْ يَكْتُبُوا – لَنْ تَكْتُبِي

3. Huruf penashab adalah:

أَنْ – لَنْ – كَي -إِذَنْ – لَام التعليل – لان الجحود – فَاء السّببية – حَتَّى

Berikut ini penjelasan ringkas bagi masing-masing huruf penashab di atas.

أَنْ Mashdariyah, makna mashdariyah adalah bahwa huruf tersebut bisa ditakwil bersama fi’il mudhari’ setelahnya sebagai mashdar.

Contoh:

يَسُرُّنِي أَنْ تَتَقَدَّمَ

Menyenangkan aku engkau maju.

(تَتَقَدَّمَ : Fi’il mudhari’ manshub dengan fathah, Fa’ilnya dhamir mustatir tersiratnya anta. Mashdar muawwal dari أَنْ + fi’il, yaitu: تَقَدُّمُكَ adalah fa’il bagi يَسُرُّنِي )[1]

لَنْ : Untuk menafikan sesuatu pada masa yang akan datang.

Contoh:

لَنْ يُضِيعَ الحَقُّ المُغْتَصِبَ

Kebenaran tidak akan membiarkan orang korup itu.

(يُضِيعَ : Fi’il mudhari’ manshub dengan fathah)

كَي : Untuk menerangkan sebab.

Contoh:

اُدْرُسَا كَيْ تَنْجَحَا

Belajarlah kalian berdua supaya kalian berdua berhasil.

(تَنْجَحَا : Fi’il mudhari’ manshub dengan hadzfun nun)

إِذَنْ : Sebagai jawaban bagi kalimat sebelumnya.

Contoh:

إِذَنْ أُكْرِمَكَ

Kalau bagitu aku akan menghormatimu.

Sebagai jawaban bagi orang yang mengatakan: آتِيكَ (Aku akan mendatangimu)

(أُكْرِمَ :Fi’il mudhari’ manshub dengan fathah)

لَامُ التَّعْلِيل : Bermakna كَي (supaya)

Contoh:

اِعْمِلُوا لِتَعِيشُوا سُعَدَاءَ

Beramallah kalian supaya kalian hidup mulia.

(تَعِيشُوا : Fi’il mudhari’ manshub dengan hadzfun nun)

لَامُ الجُحُودِ : Lam bermakna ingkar dan diawali dengan fi’il Kana yang dinafikan.

Contoh:

لَمْ أَكُنْ لِأَلْهُوَ وَالأَمْرُ جِدٌّ

Aku tidak akan bermain-main dalam perkara serius.

(أَلْهُوَ : Fi’il mudhari’ manshub dengan fathah)

فَاءُ السَّبَبِيَّةِ : Bermakna bahwa yang sebelumnya menjadi sebab bagi yang setelahnya dan harus didahului oleh penafi atau tuntutan (tuntutan meliputi amr, nahi dan istifham).

Contoh:

كُونُوا يَدًا وَاحِدَةً فَتَفُوزُوا

Bersatulah kalian niscaya kalian akan menang.

(تَفُوزُوا : manshub dengan hadzfun nun)

حَتَّى : Untuk batas akhir atau sebab.

Contoh:

جَاهِدْ حَتَّى تَصِلَ إِلَى مَا تَصْبُو إِلَيهِ

Bersungguh-sungguhlah sampai engkau mencapai apa yang engkau harapkan.

(تَصِلَ : Fi’il mudhari’ manshub dengan fathah)

Catatan:

  1. (( أَنْ )) terkadang diidghamkan kepada La Nafiyah dan amalnya tetap seperti huruf penashab.

Contoh:

طَلَبْتُ مِنْهُ أَلَّا يُغَادِرَ هذَا المَكَانَ

Aku meminta kepadanya supaya tidak menyerang tempat ini.

(أَلَّا : أَنْ huruf mashdari dan huruf nashab, لا : Huruf penafi – يُغَادِرَ : Fi’il mudhari’ manshub dengan fathah, fa’ilnya dhamir mustatir tersiratnya هو – Mashdar muawwal dari أَلَّا + fi’il + fa’il : Maf’ul bih bagi fi’il طلب )

  1. Apabila fi’il mudhari’ mu’tal akhir dengan alif, wawu atau ya’, maka fi’il tersebut dimanshubkan:

– Dengan fathah muqaddarah apabila akhirnya alif, contoh:

لَنْ يَرْضَى – لَنْ يَتَبَارَى

Dia laki-laki tidak akan ridha – Dia laki-laki tidak akan berlomba

– Dengan fathah yang nampak apabila akhirnya wawu, contoh:

لَنْ يَشْكُوَ – لَنْ يَعْلُوَ

Dia laki-laki tidak akan mengadu – Dia laki-laki tidak akan sombong

– Dengan fathah yang nampak apabila akhirnya ya’, contoh:

لَنْ يَرْمِيَ – لَنْ يَبْنِيَ

Dia laki-laki tidak akan melempar – Dia laki-laki tidak akan membangun.

3. Fi’il Mudhari’ Majzum
  1. Fi’il mudhari’ dimajzumkan apabila didahului oleh salah satu perangkat penjazem.
  2. Tanda majzumnya fi’il mudhari’ adalah:

a. Sukun: Contoh:

لَمْ أَكْتُبْ – لَمْ تَكْتُبْ – لَمْ نَكْتُبْ – لَمْ يَكْتُبْ

b. Sukun digantikan oleh:

– Hadzfun nun[2] : Apabila fi’il termasuk af’al khamsah.

Contoh:

لَمْ يَكْتُبَا – لَمْ تَكْتُبَا – لَمْ تَكْتُبُوا – لَمْ يَكْتُبُوا – لَمْ تَكْتُبِي

– Hadzfu harfi ‘illah[3] : Apabila fi’il mu’tal akhir.

Contoh:

لَمْ يَرْضَ – لَمْ يَشْكُ – لَمْ يَرْمِ

  1. Perangkat penjazem ada dua macam:

Penjazem satu fi’il – Penjazem dua fi’il

a. Perangkat yang menjazem satu fi’il, yaitu:

لَمْ – لَمَّا – لَامُ الْأَمْرِ – لَا النَّاهِيَة

Semua perangkat ini adalah huruf dan dinamakan huruf penjazem.

Berikut ini penjelasan ringkas bagi masing-masing huruf penjazem satu fi’il:

لَم : Masuk ke fi’il mudhari’ dan berfungsi untuk menafikan fi’il pada masa yang lalu.

Contoh:

لَمْ يَحْضُرْ مُحَمَّدُ

Muhammad belum hadir.

(يَحْضُرْ : Fi’il mudhari’ majzum dengan sukun)[4]

لَمَّا : Masuk ke fi’il mudhari’ dan berfungsi untuk menafikan fi’il pada masa yang lalu sampai waktu berbicara.

Contoh:

جَاءَ مَوْعِدُ الاِمْتِحَانِ وَلَمَّا تَدْرُسُوا

Telah datang waktu ujian dan kalian belum belajar.

(تَدْرُسُوا : Fi’il mudhari’ majzum dengan hadzfun nun)

لَامُ الأَمْرِ : Masuk ke fi’il mudhari’ dan berfungsi untuk tuntutan.

Contoh:

لِيُنْفِقْ صَاحِبُ الغِنَى مِنْ غِنَاهُ

Yang berkecukupan hendaknya menginfakkan sebagian kecukupannya.

(يُنْفِقْ : Fi’il mudhari’ majzum dengan sukun)

لَا النَّاهِيَة : Masuk ke fi’il mudhari’ dan berfungsi untuk larangan.

Contoh:

لَا تَنْسَ المَعْرُوفَ

Jangan lupakan kebaikan.

(تَنْسَ : Fi’il mudhari’ majzum dengan hadzfu harfi ‘illah)

b. Perangkat yang menjazem dua fi’il, yaitu:

إنْ –مَنْ  –  مَا – مَهْمَا – مَتَى – أَيَّانَ – أَينَ – أَينَمَا – أَنَّى – حَيثُمَا – كَيفَمَا – أَيُّ

Jika – Siapa pun – Apa pun – Apa pun – Kapan pun – Kapan pun – Di mana pun – Di mana pun – Di mana pun – Di mana pun – Bagaimana pun – …. apa pun

Perangkat-perangkat ini dinamakan perangkat syarat dan penjazem, di mana ia menjazemkan dua fi’il, fi’il syarat dan jawab syarat.

Semua perangkat ini adalah isim kecuali (( إِنْ )) ia adalah huruf. Sebagaimana semua perangkat ini mabni kecuali (( أيّ )) ia adalah mu’rab.

Berikut ini penjelasan ringkas bagi masing-masing penjazem.

إنْ : Mengikat antara jawab dan syarat dan dii’rab sebagai ((Huruf syarat penjazem)).

Contoh:

إِنْ تَعْمَلْ تَنْجَحْ

Apabila engkau berusaha maka engkau akan berhasil.

(إِنْ : Huruf syarat penjazem mabni atas sukun – تَعْمَلْ : Fi’il syarat majzum dengan sukun, fa’ilnya dhamir mustatir tersiratnya أنت – تَنْجَحْ : Jawab syarat majzum dengan sukun, fa’ilnya dhamir mustatir tersiratnya أنت )

مَنْ : Untuk yang berakal dan dii’rab pada posisi rafa’ mubtada’ atau pada posisi nashab maf’ul bih apabila fi’il syarat adalah muta’addi dan mengenai maknanya.

Contoh:

مَنْ يَزْرَعْ يَحْصُدْ

Barang siapa yang menanam dia akan menuai.

(مَنْ : Isim syarat penjazem mabni atas sukun pada posisi rafa’ mubtada’ – يَزْرَعْ : Fi’il syarat majzum dengan sukun mabni atas sukun, fa’ilnya dhamir mustatir tersiratnya ( هو ) dan jumlah (kalimat) syarat dari fi’il dan fa’il pada posisi rafa’ khabar mubtada’ – يَحْصُدْ :  Jawab syarat majzum dengan sukun, fa’ilnya dhamir mustatir tersiratnya (هو))

مَا dan مَهْمَا : Untuk tidak berakal. Dii’rab pada posisi rafa’ mubtada’ atau pada posisi nashab maf’ul bih apabila fi’il syarat muta’addi dan mengenai maknanya.

Contoh:

مَهْمَا تَقْرَأْ يَزِدْكَ مَعْرِفَةً

Apapun yang engkau baca, maka akan menambah pengetahuanmu.

(مَهْمَا : Isim syarat penjazem mabni pada posisi nashab maf’ul bih karena fi’il syarat تَقْرَأْ mengenai maknanya – تَقْرَأْ : Fi’il syarat majzum dengan sukun mabni atas sukun, fa’ilnya dhamir mustatir tersiratnya ( أنتَ ) – يَزِدْكَ : Fi’il syarat majzum dengan sukun mabni atas sukun, fa’ilnya dhamir mustatir tersiratnya ( هو )  dan kaf dhamir mabni pada posisi nashab maf’ul bih)

مَتَى dan أَيَّانَ : Untuk waktu dan dii’rab pada posisi nashab maf’ul fih (zharaf zaman) bagi fi’il syarat.

Contoh:

مَتَى يَأْتِ الصَّيفُ يُسَافِرِ النَّاسُ إِلَى المَصَايِفِ

Kapan pun datang waktu musim panas, maka masyarakat berwisata ke tempat liburan musim panas.

أَينَ, أَينَمَا, أَنَّى dan حَيثُمَا : Untuk tempat dan dii’rab pada posisi nashab maf’ul fih (zharaf makan) bagi fi’il syarat.

Contoh:

أَينَمَا يَسُدَّ الْأَمْنُ تَعُمَّ الطُّمَأْنِينَةُ

Di mana pun keamanan stabil, maka ketenangan merata.[5]

حَيثُمَا يَجْرِ النِّيلُ تَخْصَبِ الأَرْضُ

Di mana pun Sungai Nil mengalir, bumi akan menjadi makmur.

كَيفَمَا : Untuk keadaan dan dii’rab pada posisi nashab, hal.

Contoh:

كَيفَمَا تُعَامِلِ النَّاسَ يُعَامِلُوكَ

Bagaimanapun engkau memperlakukan manusia, maka begitulah manusia memperlakukanmu.

أَيُّ : Bisa untuk yang berakal dan tidak berakal, bisa untuk waktu, tempat dan keadaan, sesuai dengan mudhaf ilaihnya. Ia mu’rab sehingga menjadi mubtada’ apabila diidhafahkan kepada isim dzat dan maf’ul bih jika diidhafahkan kepada isim zaman atau tempat, maf’ul mutlaq jika diidhafahkan kepada mashdar[6] dan hal jika diidhafahkan kepada isim yang bermakna keadaan.

Pada asalnya (( أيّ )) berbentuk lafadz tunggal, baik untuk mudzakkar, muannats, mufrad, mutsanna atau jama’, hanya saja boleh juga memakai ta’ untuk muannats.

Contoh:

أَيُّ امْرَأَةٍ (أَوْ أَيَّةُ امْرَأَةٍ) تَخَلَّصْ فِي عَمَلِهَا تَخَدَّمْ بِلَادَهَا

Wanita mana saja yang memfokuskan pekerjaannya maka ia berkhidmat kepada negaranya.

(أَيُّ / أَيَّةُ : Mubtada’ marfu’ dengan dhammah karena diidhafahkan kepada isim dzat)

Contoh:

أَيَّ نَفْعٍ تَنْفَعِ النَّاسّ يَشْكُرُوكَ عَلَيهِ

Engkau memberi kemanfaatan apa saja kepada manusia, maka mereka akan berterima kasih kepadamu.

(أَيَّ : Maf’ul mutlak manshub dengan fathah karena diidhafahkan kepada mashdar)

  1. Dihapusnya Fi’il Syarat:

Fi’il syarat boleh dihapus setelah إِنْ yang diidghamkan kepada La nafiyah ( إِلَّا ).

Contoh:

عَامِلِ النَّاسَ بِالحُسْنَى وَإِلَّا يَكْرَهُوكَ

Pergaulilah manusia dengan baik, kalau tidak mereka akan membencimu.

(وَإِلَّا : Wawu huruf athaf – إِلَّا : إِنْ huruf syarat dan penjazem – لا : Huruf penafi – Fi’il syaratnya dihapus tersiratnya تُعَامِلْ – يَكْرَهُوكَ : Fi’il mudhari’ majzum dengan hadzfun nun, wawu fa’il, kaf dhamir mabni pada posisi nashab maf’ul bih. Jumlah sebagai jawab syarat)

  1. Fi’il Mudhari’ dimajzumkan pada Jawab Thalab

Terkadang fi’il mudhari’ dimajzumkan apabila terletak sebagai jawaban bagi amr atau nahi. Ketika itu fi’il dimajzumkan oleh syarat yang dihapus.

Contoh:

اِحْتَرِمِ النَّاسَ يَحْتَرِمُوكَ

Hormatilah manusia, niscaya mereka akan menghormatimu.

(يَحْتَرِمُوكَ : Majzum dengan hadzfun nun karena terletak pada jawab amr – Tersiratnya adalah: إِنْ تَحْتَرِمِ النَّاسَ يَحْتَرِمُوكَ )

Catatan Umum Seputar Fi’il Mudhari’ Majzum 

a. Fi’il mudhari’ mu’tal akhir dimajzumkan dengan dihapus huruf ‘illahnya (sebagaimana yang lewat penjelasannya)

لَمْ يَعْفُ – لَمْ يَرْضَ – لَمْ يَرْمِ

Apabila fi’il mudhari’ huruf akhirnya shahih dan huruf sebelum akhir adalah huruf ‘illah, maka dimajzumkan dengan sukun, hanya saja huruf ‘illah sebelum terakhir dihapus untuk menghindari bertemunya dua sukun.

Contoh:

لَمْ يَكُنْ, لَمْ يَكَدْ, لَمْ يَسْتَطِعْ

Asalnya:

لَمْ يَكُونْ, لَمْ يَكَادْ, لَمْ يَسْتَطِيعْ

Huruf ‘illahnya dihapus untuk menghindari bertemunya dua sukun.

b. Tidak disyaratkan setelah perangkat penjazem dua fi’il harus ada dua fi’il mudhari’, akan tetapi bisa juga salah satunya adalah fi’il madhi dan lainnya mudhari’, atau kedua-duanya fi’il madhi.

– Apabila kedua fi’il mudhari’, maka keduanya dijazemkan (sebagaimana yang telah lewat penjelasannya).

– Apabila salah satunya fi’il madhi dan lainnya mudhari’, maka fi’il mudhari’ dimajzumkan dan fi’il madhi tetap mabni pada posisi jazm.[7]

Contoh:

إِنْ جَاءَ زَيدٌ يَقُمْ عَمْرٌو

Apabila Zaid datang Amr berdiri.

– Apabila keduanya madhi, maka keduanya pada posisi jazm.

Contoh:

{إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ}

“Apabila kalian berbuat baik, berarti kalian berbuat baik kepada diri-diri kalian sendiri.” (Al Isra’: 7)

مَنْ صَبَرَ ظَفِرَ

Barangsiapa bersabar maka ia menang.

c. Perlu diperhatikan bahwa kata: (( مَن, مَا, مَتَى, أَينَ, أَيُّ )) digunakan sebagai perangkat syarat dan istifham.

Dalam kedua keadaan ini, semuanya mabni (kecuali أَيُّ ia mu’rab)

Apabila isim-isim ini digunakan sebagai perangkat syarat, maka selalu berada di awal kalimat dan menjazemkan dua fi’il, dii’rab sesuai dengan yang telah lewat penjelasannya.

Adapun apabila digunakan sebagai perangkat istifham, maka berada di awal kalimat dan boleh diidhafahkan atau didahului oleh huruf jar tanpa adanya pengaruh kepada fi’il setelahnya dan dii’rab sesuai kedudukannya dalam kalimat.

Akan datang penjelasan hal di atas dengan rinci pada pembahasan uslub-uslub syarat dan uslub istifham pada bab ke lima.

[1] Lihat pembahasan Mashdar Muawwal.
[2] Menghilangkan nun.
[3] Menghilangkan huruf ‘illah.
[4] Bisa juga untuk menafikan selama-lamanya, contoh:

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ

[5] Fi’il mudhari’ ( يَسُدَّ ) majzum dengan tanda sukun muqaddarah atas huruf dal. Begitu juga fi’il jawab syaratnya.
[6] Atau maf’ul liajlih.
[7] Kecuali apabila fi’il syarat adalah fi’il madhi dan dan fi’il jawab syarat adalah fi’il mudhari’, maka boleh menjazemkan fi’il dan boleh pula tetap memarfu’kan fi’il mudhari’.
Contoh:

إِنِ اجْتَهَدَ زَيدٌ يَنْجَحْ/يَنْجَحُ

(Syarah al Ajurumiyyah. Hlm. 157)
:)

Komentar